Jumat, 13 Januari 2012

Pesona Waduk Wadaslintang

Nama Waduk Wadaslintang masih terdengar adem ayem dikalangan para wisatawan. Maklum akses menuju lokasi waduk ini cukup jauh dan hanya sedikit transportasi umum yang melewati kawasan waduk tersebut.
Waduk Wadaslintang terletak diantara kabupaten Kebumen dengan Kabupaten Wonosobo namun sebagian besar masuk di dalam wilayah kabupaten Wonosobo. Dibangun pada tahun 1992 dengan luas sekitar 2.626ha.
Memasuki gerbang masuk kawasan wisata Waduk Wadaslintang atau juga disebut Bendungan Wadaslintang ini, disambut dengan jalanan aspal yang rusak. Sepertinya jalan untuk menuju ke tepi waduk sudah lama tidak mengalami perbaikan jalan.
Memasuki kawasan parkir wisata waduk, terdapat sebuah sebuah batu prasasti atau juag disebut monumen yang memuat sedikit cerita ketika pembangunan dan dibangun sebuah pagar yang mengelilinginya. Kondisi disekitar monumen terdapat beberapa tenda warung yang menjual makanan dan minuman.
Melanjutkan perjalanan menuju ke tanggul yang terdapat sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dimana dari tempat tersebut kita bisa melihat pemandangan waduk yang membentang luas dengan langit yang begitu biru.
Di hari-hari biasa, kondisi Waduk Wadaslintang tampak sepi dari pengunjung. Namun di beberapa sudut waduk, cukup banyak ditemui seseorang yang sedang memancing karena kawasan ini menjadi tempat yang favorit untuk olahraga memancing. Pemandangan alam yang cukup indah namun tidak ada fasilitas yang memadai, cukup disayangkan mengingat kawasan ini cukup berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata yang strategis dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Incoming search terms for the article:

    waduk wadaslintang waduk wadas lintang sejarah waduk wadaslintang wadaslintang wonosobo wadas lintang Sejarah bendungan wadaslintang kondisi danau wadaslintang wisata wonosobo sejarah wadaslintang SEJARAH WADUK sejarah danau wadaslintang visit wonosobo lokasi telaga warna di wonosobo situs purbakala di kebumen wisata kebumen Sejarah bendungan wadas lintang paket wisata wonosobo mancing di waduk wadaslintang luas waduk wadaslintang waduk wadaslintang wonosobo geo wisata di kebumen foto waduk wadaslintang sejarah plta wadaslintang keadaan danau wadas lintang Tempat wisata Wadaslintang sejarah waduk wadaslintang wonosobo spot mancing wadaslintang luas waduk wadas lintang pemandangan waduk wadaslintang waduk wadas lintang di wonosobo alamat plta wadaslintang wadukwadaslintang artikel waduk sempor peraturan pemerintah nomor 41 wisata wadaslintang bendungan waduk wadaslintang wisata di wadaslintang cerita rakyat waduk sempor sejarah waduk mwadaslintang wonosobo wisata waduk wadaslintang sejarah waduk dan bendungan wisata wonosobo team touring wisata wonosobo wadas sejarah wadas lintang sejarah telaga warna karanganyar plta sermo sejah waduk wonosobo wadaslintang sejarah tempat di wonosobo wonosobo touring wisata-alam blogspot waduk wandaslintang wisata wonosobo dieng sejarah terbentuknya bendungan wadaslintang

Gunung Sikunir

Mengejar Sunrise Di Gunung Sikunir



Gunung Sikunir merupakan salah satu jajaran gunung di dataran tinggi dieng. Dataran Tinggi Dieng yang ada di Jawa Tengah merupakan kawah besar dari Gunung Perahu. Buat para pendaki lokal, Gunung Sikunir tidaklah begitu dikenal. Tapi gunung ini sudah dangat terkenal dikalangan turis mancanegara. Buat para turis mancanegara yang berkunjung ke Pulau Jawa, biasanya tujuan utamanya adalah ke Yogya-Prambanan-Borobudur-Dieng-Bromo. Nah di Dieng Plateau, selain menyaksikan jajaran Candi Hindu, telaga warna, dan kawah sikidang, menikmati sunrise dari Gunung Sikunir merupakan agenda wajib.



Sindoro terlihat jelas menghalangi Sumbing. Di kejauhan tampak pula Merapi mengepulkan asap. Juga Merbabu dan Ungaran.

Beberapa kumpulan awan tampak berputar diatas, dan berubah memerah terkena cahaya matahari yang mulai menyembul. Sementara itu jajaran lampu di desa Banteng, dan lampu-lampu di Wonsobo tampak menghiasi kaki gunung Sindoro. Tak ada kabut sama sekali hingga fenomena matahari terbit dengan jajaran gunung-gemunung di Jawa Tengah ini.

Telaga Merdada

Telaga Merdada Dieng, Banjarnegara













Dengan luas 15 ha telaga Merdada memiliki daya tarik tersendiri karena dikelilingi oleh tebing dan bukit yang kakinya melandai sampai ke tepian air. Di sebelah timur terdapat barak budidaya jamur dan carica dan daerah sekitarnya digunakan untuk pertanian.

Dalam cerita wayang alkisah ada seorang resi Gautama yang berputera tiga yaitu putra kembar Guwarso dan Guwarsi serta putri Anjani, putera kembarnya senang berburu kijang yang nantinya diberikan pada adiknya. Suatu ketika Dewi Anjani merenung dan melihat cupu manik Astagina (semcam cangkir milik Dewa) akhirnya ketiga putra Resi Gautama saling berebut akhirnya cupu manik tersebut dilempar oleh resi Gautama siapa yang dapat menangkap maka dia yang berhak memiliki namun bagian bawah cangkir (merdadi) terjatuh dan menjadi telaga Merdada karena kelelahan maka ketiga anaknya masuk kedalam telaga untuk menyejukkan badan namun ketika keluar wajah mereka berubah menjadi kera. Dari sini mereka menyadari sikap serakah dalam diri masing-masing sehingga memutuskan untuk bertapa dan mendarmabaktikan seluruh kemampuan kepada sesamanya.

Didekat telaga Merdada terdapat telaga Dringo dan telaga Nila yang pada tahun 1979 pernah terjadi musibah meletusnya gas beracun dan gempa hingga ke desa Simbar dan Kapucukan sehingga menewaskan 149 jiwa.
Sumber : Polaris Tour

Sumur Jalatundra

Keajaiban Sumur Jalatunda dan Mitos Sumur

Jalatunda


Sumur jalatunda cukup populer sebagai sumur ajaib dari daerah Banjarnegara. Keajaiban sumur jalatunda, bisa kita temukan dari mitos mitos seputar sumur jala tunda yang berkembang di masyarakat. Meski jalatunda memakai istilah sumur, tetapi bentuknya tidak seperti sumur pada umumnya.
Karena penampakan kasar dari sumur jalatunda justeru mirip dengan kolam atau air yang tergenang di rawa rawa. Meskipun demikian, jalatunda tetap dikenal sebagai sumur hingga sekarang. Bahkan tak hanya itu, di masyarakat juga berkembang mitos dan cerita seputar keajaiban sumur jalatunda. Diantara cerita yang beredar di masyarakat adalah adanya keyakinan tertentu saat kita melemparkan batu ke arah sumur tersebut.
Bila seorang wisatawan mengunjungi sumur jala tunda, lalu dia melemparkan batu maka akan ada tiga makna yang dikaitkan dengan lemparan tersebut. Pertama, jika kita berhasil melemparkan batu hingga melampaui sumur tersebut, maka berarti keinginan kita akan tercapai atau dikabulkan Tuhan dalam waktu dekat. Kedua, ketika kita melemparkan batu, tetapi batu tersebut hampir melewati sumur jalatunda, maka peluang berhasil masih membutuhkan sedikit ketelitian. Ketiga, kalau pengunjung sumur jalatunda melemparkan batu, tetapi tidak sampai melewati tengah tengah sumur, maka ada kemungkinan apa yang telah direncanakan mengalami kegagalan, entah itu cepat ataupun lambat. Mungkin pembaca mengira kenapa batu tak sampai karena kita kurang kuat saat melempar, atau batu yang dilempar terlalu berat. Ups… bukan itu penyebabnya, karena saya sendiri pernah melempar batu di atas sumur jalatunda, saya menemukan jika teman saya telah melemparkan kerikil berulang ulang dengan tenaga paling maksimal, tetapi yang ajaib batu yang dikiranya jatuh melewati sumur, eh ternyata tidak sampai juga. Percobaan melempar dilakukan terus, tetapi tetap gagal, dan terbukti teman saya itu gagal saat mengikuti tes cpns. Sementara teman saya yang satu dengan seijin Tuhan berhasil memenangkan sebuah lomba dengan persaingan sengit. Alhamdulillah saya sendiri waktu itu berhasil melempar batu hingga melewati sumur. Ya meski hal yang terjadi dianggap mitos, tetapi kadang ada benarnya juga, bagaimanapun keajaiban sumur jalatunda, ia tetaplah ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa. Segala hal yang berkembang tentang sumur jalatunda itu, maka hal itu terjadi atas ijin dan Kuasa Tuhan. Yang pasti sumur jalatunda adalah salah satu obyek wisata menarik, unik, dan punya nilai sejarah yang pantas dipelajari

Kawah Candradimuka, berawal dari cerita pewayangan

Setelah melihat upacara adat pemotongan rambut gimbal, saya dan teman- teman langsung menuju ke kawah Candradimuka. Masih di lokasi Dieng Plateau namun berada di kabupaten Banjarnegara. Untuk menuju ke Kawah Candradimuka ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena medan yang lumayan berat.
Kawah Candradimuka terletak di atas sebuah bukit yang lumayan tinggi dengan jarak tempuh sejauh 5 kilometer. Dengan track naik dengan kemiringan antara 30 hingga 45 derajat dengan jalan berbatu dan tanah yang cukup labil untuk ditapaki.


Secara harfiah kawah Candradimuka berarti
Kawah = kawah gunung, lubang, kuali
Candradimuka = sinar bulan

Ketika sampai di atas bukit, kami bisa melihat sebuah kawah aktif yang terletak menyelinap di bawah bukit. Asap kawah terlalu tebal sehingga kami tidak yakin untuk menuruni tangga untuk menuju ke kawah tersebut. Setelah asap menghilang, kami turun perlahan – lahan ke bawah untuk mendekati kawah.
Kawah Candradimuka menurut cerita pewayangan adalah tempat di mana Gatutkaca (anak Wrekudara dan Arimbi) di rebus supaya kuat. Setelah keluar dari Kawah Candradimuka diceritakan kalau Gatutkaca memiliki otot kawat, tulang besi.


Bau belerang cukup menyengat dan hawa panas dari asap kawah itu sendiri. Kawah Candradimuka ini sedikit berbeda dengan kawah yang lain, hampir mirip dengan sumber air panas. Dengan letupan air panas yang cukup keras sehingga cukup menakutkan apabila berada di dekatnya. Akhirnya kami akhiri petualangan kami di Dieng Plateau dan berfoto bersama dengan anak-anak warga Dataran Tinggi Dieng yang kebetulan sedang bermain. Kemudian kami kembali menuruni gunung kembali melewati jalan yang rusak dan berbatu.

Incoming search terms for the article:

    cerita pewayangan kawah candradimuka cerita gatot kaca candradimuka cerita gatotkaca kawah candra dimuka kawah candradimuka dieng cerita rakyat gatotkaca cerita pewayangan bali cerita pewayangan jawa candra dimuka cerita perwayangan pewayangan kawah candradimuka adalah cerita rakyat gatot kaca crita pewayangan cerita pawayangan sejarah kawah candradimuka kawah chandra dimuka arti kawah candradimuka cerita tentang gatotkaca cerita kawah candradimuka kawah candra di muka CERITA TENTANG PEWAYANGAN kawah chandradimuka cerita tentang gatot kaca cerita gatutkaca cerito pewayangan CERITA GATHOTKACA legenda kawah candradimuka artikel pewayangan cerita jawa gatotkaca cerita-cerita pewayangan cerita jawa pewayangan pengertian tari arimbi arti candradimuka sejarah kawah candra dimuka legenda kawah candra dimuka letak kawah candradimuka carita pewayangan cerita kawah candra dimuka cerita cerita pewayangan kawah candradimuka-dieng plateau kisah pewayangan jawa kawahcandradimuka cerita gathutkaca lokasi kawah candradimuka cerita candradimuka cerita pewangan misteri kawah candradimuka ceritapewayangan chandradimuka cerita tentang GatutKACA cerita gatut kaca candradimuka adalah

Batu Tulis (Batu Semar)

Di sekitar area Telaga Warna dan Telaga Pengilon terdapat beberapa tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat Dieng. Salah satunya adalah Batu Tulis (Batu Semar), yang terletak diseberang Telaga Warna dan dekat dengan kawasan goa-goa seperti Goa Jaran dan Goa Semar.
Menurut mitos setempat, Batu Tulis dapat memberikan kelancaran bagi anak yang sedang belajar menulis bila orang tuanya berdoa disini.
Bila dilihat dari samping, sekilas mirip dengan wajah orang dari samping. Bentuk wajah seperti itu konon merupakan perwujudan dari muka Semar sehingga Batu Tulis juga disebut Batu Semar. Area Batu Tulis atau Batu Semar ini digunakan dalam rangkaian acara ruwatan cukur anak yang berambut gimbal tradisi masyarakat Dieng Plateau yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Begitu mistisnya tempat ini sehingga masyarakat sekitar memberikan sesaji setiap harinya yang berupa kembang setaman dan ditaruh disekitar Batu Tulis.
Menurut mitos setempat, Batu Tulis dapat memberikan kelancaran bagi anak yang sedang belajar menulis bila orang tuanya berdoa disini.

Incoming search terms for the article:

    BATU TULIS batu semar semar sejarah batu tulis legenda semar legenda batu tulis wisata batu tulis mitos semar sejarah semar sejarah candi semar wajah semar acara ruwatan Candi Semar TEMPAT KERAMAT SEKITAR MAGELANG mitos batu tulis goa batu tulis upacara potong rambut paket wisata dieng biro wisata bandung - dieng batu semar kencana batu untuk tulis keterangan batu tulis Www legenda-batutulis com perwujudan belajar penjelasan tentang batu bertulis penjelasan batu bertulis mitos semarr paket dieng paket wisata dieng termurah wisata magelang batu tulis pulau bali keramat semar topo batu tourism glosarium tradisi batu tulis di kalimantan sejarah ruwatan di kulon progo tradisi tulis sejarah batu di kalimantan sejarah mistik rambut gimbal wisata batu tulis wonosobo sejarah stasiun batutulis rankaian acara ruwatan pulau mengkudu bintet goa paket wisata dieng desember mitos mengenaiacara ruwahan betties anak batu tulis batu tulis di telaga warna batu tulis di kalimantan batu tulis dari batu tulis batu semar BATU SEMAR MESUSEUM batu semar kuncup batu bertulis sejarah batu berbentuk semar backpacking ke pacitan tourism asal usul budaya potong rambut gimbal di dieng apa itu batu tulis

Tradisi Upacara Potong Rambut Gimbal di Dieng Plateau

Suatu keberuntungan bagi kami karena hari ini merupakan hari diselenggarakan upacara Potong Rambut Gimbal pada anak-anak dari penduduk Dieng Plateau. Kami sempat membaca brosur acara tersebut di pintu masuk obyek wisata Telaga Warna, saat kami mengakhiri kunjungan kami di obyek wisata tersebut untuk menuju ke obyek wisata selanjutnya. Acara tahunan yang menjadi daya tarik Dieng Plateau ini, sudah terkenal hingga ke mancanegara. Tak heran bila wisatawan yang datang di hari ini didominasi oleh turis asing.
Gimbal dalam bahasa Jawa berarti bergumpal. Fenomena rambut gimbal ini bermula dari kepercayaan masyarakat terhadap kyai Kolodete yang merupakan cikal bakal pendiri kabupaten Wonosobo. Bagi masyarakat Wonosobo, anak yang memiliki rambut gembel dianggap bisa membawa musibah atau masalah dikemudian hari, tapi bila diruwat anak tersebut dipercaya akan mendatangkan rejeki. Disamping itu ruwatan ini bertujuan agar si anak bisa hidup dengan rambut yang normal. Bila anak yang berambut gembel ini dicukur tanpa melakukan ruwatan bisa jadi rambut gembel tersebut tumbuh lagi dan kemungkinan anak tersebut bisa sakit-sakitan.
Kamipun tidak ingin kehilangan momen berharga yang hanya diadakan setiap tahun sekali, kami pun bertanya kepada petugas loket kapan upacara tersebut dilaksanakan. Akhirnya sambil menunggu waktu dimulainya acara tersebut, kami menyempatkan sarapan terlebih dahulu di depan obyek wisata tersebut.
Permintaan anak yang diruwat wajib dipenuhi kalau tidak rambut gimbalnya akan tumbuh kembali. Waktu upacara itu sendiri dilakukan berdasarkan weton (hari kelahiran sang anak) sedangkan pelaksanaan upacara dihitung berdasarkan neptu (nilai kelahiran anak yang akan diruwat).
Sambil menunggu dimulainya acara, kami menunggu di depan pintu masuk obyek wisata. Secara tidak langsung kami melihat anak-anak berambut gimbal tersebut, memang terlihat berbeda dan unik. Mereka datang bersama sanak keluarga dan membawa benda permintaan si anak. Kami melihat seorang bapak membawa sebuah sepeda baru yang dihias. Di dalam hati kami berpikir, kenapa permintaan si anak cukup sederhana. Bayangkan kalau permintaannya tidak bisa dipenuhi seperti meminta dibelikan pesawat atau istana.
Untuk mengadakan upacara ruwatan ini juga memerlukan persiapan khusus seperti tempat upacara dan benda-benda sesaji. Tempat upacara biasanya dilakukan di goa Semar atau goa Sumur yang terletak satu kompleks. Setelah tempat sudah dipersiapkan maka tinggal menyiapkan sesaji yang meliputi tumpeng, ingkung ayam, gunting, mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang, payung dan permintaan anak yang diruwat.
Akhirnya upacara di mulai, kami langsung menuju Batu Tulis yang terletak di area obyek wisata Telaga Warna. Batu Tulis merupakan sebuah batu bila dilihat dari samping kelihatan seperti wajah Semar. Bunyi gamelan di area Batu Tulis terdengar cukup keras dengan sambutan oleh salah satu pelaksana upacara. Sebagian sesaji diletakkan di area ini, sisanya sesaji dibawa ke Goa Sumur yang berjarak 100 meter dari area Batu Tulis.
Menurut mitos setempat, Batu Tulis dapat memberikan kelancaran bagi anak yang sedang belajar menulis bila orang tuanya berdoa disini.
Acara dilanjutkan di Goa Sumur yang terletak satu kompleks dengan Gua Jaran dan Gua Semar. Di lokasi acara, cukup banyak wisatawan domestik maupun mancanegara. Ternyata upacara adat ini telah terkenal di luar negeri. Kamipun bersama pengunjung yang lain memperhatikan upacara dengan tenang.
Dalam meruwat, dukun harus memandikan anak tersebut terlebih dahulu. Dimandikan dalam arti rambut anak tersebut diciprati air suci yang yang diperoleh dari tempat-tempat kramat di kawasan Dataran Tinggi Dieng seperti di Goa Sumur. Lalu sesajen seperti tumpeng putih dengan dihiasi buah-buah yang ditancapkan, hal ini menggambarkan rambut gembel. Tumpeng dianggap kepala sedangkan untaian buah-buahan sebagai rambut gembelnya. Lalu ada ayam kampung yang telah digoreng (bakakak), jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut, dan sebagainya.
Setelah berdoa dan kepala anak tersebut diasapi dengan kemenyan barulah sang dukun memotong rambut gembel tersebut dengan sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut gembel lalu mencukurnya satu-satu. Rambut yang telah dicukur lalu dibungkus dengan kain putih lalu kemudian dilarung di Telaga Warna Dieng atau ke sungai.
Acara berlangsung selama 2 jam, kami melihat acara tersebut secara lengkap. Di tengah-tengah acara, teman kami yang keturunan orang Bali meminta izin untuk minta air dari Gua Sumur. Katanya, air tersebut merupakan air suci bagi orang Hindu (Bali) dan digunakan sebagai upacara adat (ibadah) orang Hindu (Bali). Selain itu, nenek moyang orang Bali berasal dari Dieng sebelum pindah ke timur (Bali). Saya hanya mengangguk-angguk karena kurang tahu.
== Info Upacara
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo
Jl. Kartini 3 Wonosobo
Phone: (0286) 321194
== Dokumentasi tahun 2008

Incoming search terms for the article:

    rambut gimbal rambut gimbal dieng sejarah rambut gimbal anak gimbal dieng sejarah rambut gimbal dieng ruwatan rambut gembel rambut gimbal di dieng gimbal dieng upacara potong rambut gimbal tradisi rambut gimbal gimbal rambut rambut gembel rambut gembel dieng upacara potong rambut ruwatan rambut gimbal tradisi potong rambut gimbal upacara rambut gimbal Sejarah Rambut Gimbal Di Dieng tradisi potong rambut upacara pemotongan rambut gimbal upacara gunting rambut sejarah rambut gembel adat dieng rambut gimbal kekuatanya tradisi rambut gimbal di dieng tradisi gimbal tradisi potong rambut gembel gembel dieng tradisi dieng sejarah dieng rambut gembal upacara adat di dieng tradisi cukur gimbal ritual potong rambut gimbal upacara adat di wonosobo ruwatan rambut gembel di Dieng ruwatan rambut gimbal dieng tradisi rambut gembel upacara cukur rambut dieng gimbal Upacara adat Cukur Rambut upacara adat dieng tradisi rambut gimbal dieng sejarah gimbal pemotongan rambut gimbal tradisi turun temurun upacara adat potong rambut gimbal kutukan rambut gimbal fenomena rambut gimbal tradisi di wonosobo upacara adat gunting rambut upacara potong rambut gimbal dieng budaya rambut gimbal sejarah rambut gembel di dieng tradisi masyarakat dieng tradisi gunting rambut

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop